Roman Abramovich

Pemilik Chelsea F.C

Chelsea Champions Of Europea

Selebrasi Chelsea setelah menjuarai UEFA Champions League 2012 di Alianz Arena,Munich

Trophy Liga Champions 2012

Trophy Liga Champions 2012 yang di rebut oleh chelsea

Lampard and Terry The Legend

Lampard dan Terry adalah dua icon chelsea saat ini

Starting Eleven Final Munich2012

Sebelas pemain chelsea saat melakoni laga Final liga champions 2012 di alianz arena, Munich

Sunday, June 17, 2012

Pangandaran Beach


Pangandaran, pernah dengar? Pasti pernah, ada juga yang pernah kesana, banyak juga yang sayup-sayup beritanya. Yang jelas pantai ini pernah dihempas oleh tsunami pada tahun berapa aku lali. Apa yang membadakan pantai ini dari Bali? Yang kurasakan, di Pangandaran bau bule nggak sebau di Bali. Mungkin karena nggak dimandiin dengan dollar, akibatnya Pangandaran rada nggak terurus. Namun segala sesuatu yang dijual di Pangandaran juga masih dengan harga Melayu. Masih terjangkaulah.


Laut lepas yang terbentang didepan Pangandaran, menghembuskan angin ke pantai, ombaknya membawa pasir-pasir ke darat, terkadang umang-umang yang terbawa gelombang menikmati kehidupan baru di sela-sela bebatuan pantai. Kalau bawa kekasih kesini, serasa cerita sinetron. Bergandengan tangan, dengan angin yang bertiup memainkan ujung kain yang basah dan rambut yang terurai. Romantis abisss..Pantai Pangandaran nggak kalah menariknya, namanya pantai tentu yang ada pasir, sampai ke Aberdeen sono aku lihat panjai juga masih berpasir. Gak banyak aturan di Pangandaran kecuali kegiatan yang bebahaya, pantai bersedia menemani pengunjung 24 jam. Mau mancing boleh, gelar tikar juga boleh. Banyak pelancong kelas irit yang datang menggunakan sepeda motor, rata-rata anak muda, yang tidur di pantai malam-malam.
Pertokoan hampir ada di setiap pandangan mata, maklum aji mumpung. Satu orang lihat jualan baju rame, rame-rame jualan baju. Lihat jualan cendol untung rame-rame jadi tukang cendol.Uhh, yang paling ketara para penyewa sepeda tandem, kuhitung-hitung banyakan sepedanya ketimbang penyewa.

Hotel-hotel disana bervariasi, mulai dari yang Jendral (berbintang) sampai yang kopral (berbanting). Semua tergantung dalamnya dompet kita. Mau yang enak, mulut saja yang main suruh sana-sini ya cari yang berbintang, atau Kaptenlah (Melati). Kalau mau piknik sambil olah raga angkat koper sendiri, ya cari yang murah. Mau gratis?  Tidur di pantai. Bali saja fasilitas tidak selengkap ini. Hidup Pangandaran….

Hidangan pantai didominasi oleh sifut (Sea Food) bukan siput, sekali-kali nggak apa-apa melanggar aturan Choles Law untuk menikmati hidangan ini. Biasanya para pelancong tidak menghiraukan tingginya kolesterol yang ada pada makanan walaupun berakibat ke jantung, apalagi yang melancong membawa cukong. Sakit jantung dengan gejala deg-degan akan timbul setelah kita mengkonsumsi sea food dan menerima bill.  Kalau orang lain yang menerima bill, biasanya deg-degannya hilang. Yah sudah, nasi padang juga ada, hotel juga menyediakan makan pagi kok. Nasi uduk, Bakso, Mie Ayam tinggal pilih, dijamin tidak membuat deg-degan.

Artisnya lumayan, lumayan lucu. Terkadang menyesuaikan dengan trend yang ada. Waktu geger MJ wafat, untuk menunjukkan dukanya banyak artis Pangandaran yang bergaya mirip MJ, memang sih tetap dengan gaya lokal yang nggak jauh dari dangdut dankecrekan. Dengan kaki yang kekar, tangan yang tegap tetapi bermake up tebal, mencoba berlenggak lenggok bernyanyi dengan cengkok yang bengkok. Gak cocok….
Nelayannya tentu baradaptasi dengan perubahan lingkungan yang semula menjadi lingkungan turis, mereka tetap menebar jala, menunggu dan memanen ikan. Cara hidup gotong royong memang harus dijaga, bukan karena kebal terhadap pengaruh gaya hidup moderen, tetapi karena memang tidak kuat untuk menarik jala sedemikian panjang dan besar sendirian. Terpaksa deh…

Souvenirnya ciamik, cantik-cantik. Yang paling aku suka adalah jam dengan isi lobster. Jam ini kupajang di ruang tamu, untuk menunjukkan bahwa aku pernah ke sana. Bukankah itu tujuan membeli souvenier?  Nggak seperti orang naik haji bawa oleh-oleh korma yang dibeli di pasar induk. Ah,,,udah diberi masih cerewet..

Sayangnya, daerah seperti ini dibiarkan berjalan seperti apa adanya. Mau maju silahkan, nggak juga nggak apa-apa asal setoran ke Pemda nggak kurang.  Hal ini biasanya karena pemikiran kepala daerah yang cuma sepanjang masa jabatannya. Mbok mikir yang jauh dikit kenapa? Jalan-jalan dibiarkan kotor, pertokoan tidak teratur, sampah menumpuk disana-sini. Mungkin sebaiknya ada peta jalan berikut lokasi tempat sampahnya. Biar bisa mengelak…

Coba deh buktiin betapa uniknya Pangandaran, kalau kesana cari yang nggak biasa, buat pengalaman. Keunikan didapatkan dengan mengamati kehidupan dan lingkungannya. Kalau cuma pindah tidur mending gak usah deh.

No comments:

Post a Comment

Copyright@suryawahyupambudhi. Powered by Blogger.